DESAGLOBAL.ID–Andaliman atau zanthoxylum acanthopodium merupakan rempah asli bumi Nusantara. Sebagian orang menyebutnya ‘Merica Batak’, lantaran tanaman ini berasal dari dataran tinggi di Sumatera Utara, dan banyak digunakan untuk masakan khas Batak.

Di tempat asalnya, andaliman tumbuh liar di dalam hutan dan di perkebunan warga. Karena itu muncul mitos, andaliman tidak dapat dibudidayakan secara sengaja dan tidak bisa tumbuh di luar habitat aslinya.

Rasa penasaran dan ketidakpercayaan terhadap mitos tersebut membuat Andreas Panjaitan berupaya untuk membudidayakan andaliman skala komersial di Ciwidey, Kabupaten Bandung.

“Sebenarnya sudah lama saya tertarik budidaya andaliman. Pada tahun 1996 ketika saya akan jadi sarjana pertanian, dosen saya memberi tantangan bagaimana cara membudidayakan andaliman skala komersial. Mitos itu juga mendorong saya untuk mendalami tentang andaliman,” ungkap Andreas saat menjadi narasumber di webinar Inspirasi Bisnis Intani seri ke-50 bertajuk ‘Sukses Budidaya Andaliman si Merica Batak di Tanah Sunda’, Rabu (15/12).

Namun, keinginan menjadi petani dan mengembangkan perkebunan andaliman harus tertunda selama 20 tahun, karena Andreas sibuk bekerja di perusahaan perkebunan asing di wilayah Sumatera Utara dan Ciwidey, Jawa Barat.

Lalu, pada 2016 ketika pulang ke kampung halaman di Sumatera Utara, Andreas mencoba membeli beberapa bibit andaliman dari petani lokal untuk kemudian ditanam di wilayah Ciwidey, Bandung.

“Saat itu saya beli sepuluh bibit andaliman dari Pematang Raya, Simalungun, dan ditanam di Ciwidey. Namun ternyata hanya lima bibit yang hidup,” ungkap Andreas.

Tidak menyerah dan masih penasaran ingin membantah mitos andaliman tidak bisa dikembangkan di luar wilayah endemiknya, kemudian pada tahun 2017 Andreas membeli 700 bibit andaliman dari wilayah Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan untuk ditanam di Ciwidey, Bandung.

Hasilnya menggembirakan, 90 persen bibit tersebut bisa tumbuh dan hidup dengan baik.

“Kebanyakan petani andaliman di Sumatera Utara masih tradisional, andaliman tumbuh di hutan, kebun kopi atau jeruk mereka. Sehingga ketika saya mulai membudidayakan di Bandung, saya coba-coba saja semuanya secara otodidak mulai dari penanaman, jarak tanam, pemupukan, pengendalian gulma dan penyakit, panen, pasca panen hingga pemasaran,” jelas Andreas.

Setelah berjibaku dengan trial and error, akhirnya Andreas memahami bahwa andaliman dapat tumbuh baik di ketinggian minimal 1000 meter di atas permukaan laut (mdpl).

“Sebelumnya saya beberapa kali mencoba menanam andaliman di Bandung dari mulai ketinggian 900 hingga 1400 mdpl. Ternyata pada ketinggian di bawah 1000 mdpl andaliman sulit sekali bertahan hidup,” ungkap Andreas.

Usahanya pun tidak sia-sia, di tahun 2018 kebun andaliman milik Andreas di Ciwidey sudah mulai panen. Namun, lagi-lagi dia harus menghadapi tantangan pasca panen dengan otodidak.

“Tahun 2018 ketika panen cukup galau, karena pengiriman andaliman dari Bandung sampai Bekasi saja itu banyak yang rusak karena terfermentasi. Akhirnya saya riset sendiri bagaimana pengemasan yang baik untuk andaliman, agar awet selama perjalanan,” ujarnya.

Berkat pantang menyerah, Andreas kemudian menemukan cara agar andaliman yang dikirim tidak cepat rusak yaitu dengan mengering-anginkan andaliman yang baru dipanen selama 3 hingga 4 jam, lalu dikemas menggunakan kertas koran.

Saat ini andaliman hasil kebunnya sudah dipasarkan ke Jabodetabek, Surabaya dan Malang, dengan konsumen yang beragam mulai dari pedagang pasar, restoran dan catering hingga reseller.

Bahkan di periode Oktober hingga November, Andreas telah mengirim sampel andaliman hasil kebunnya kepada calon buyer di Jepang.

Ia mengaku, penawaran harga di pasar ekspor jauh lebih besar. Terutama di Jepang, harga jualnya akan sangat tinggi untuk andaliman segar.

“Ke depan, saya berharap bisa menembus pasar ekspor. Jepang memberikan harga jauh lebih tinggi untuk andaliman yang masih segar. Nah PR nya adalah bagaimana membuat andaliman bisa tetap segar hingga sampai ke Jepang. Saat ini hal itu masih dalam tahap riset,” demikian Andreas.(korannasional.com) *as