DESAGLOBAL.ID-Salah satu indikator keberhasilan program ketahanan pangan ialah semakin mandirinya masyarakat dalam menyediakan kebutuhan hidup mereka atau sudah memiliki sistem ketahanan pangan sendiri. Misalnya saja yang terjadi di desa Pelakat, kecamatan Semende Darat Ulu kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.

Di desa ini setiap keluarga memiliki setidaknya satu hektar sawah dan satu lumbung padi, atau di sana terkenal dengan sebutan Tengkiang. Tengkiang ini akan dipenuhi padi yang masih bertangkai dengan kadar air sesuai - ada proses penjemuran - dan akan disimpan hingga menjelang panen padi berikutnya. Inilah cara mereka menyimpan persediaan bahan pangan, aman tersimpan di lumbung hingga 1-2 tahun ke depan.
Cara tersebut sudah mengakar dan membudaya bagi setiap warga secara turun temurun.

Saat kebanyakan masyarakat Indonesia dipusingkan dengan harga kebutuhan pokok yang terus meranjak naik, warga di desa Pelakat tak ikut panik karena pangan dan nutrisi sudah tersedia secara mandiri dimana tak sejengkal tanah pun di pekarangan rumah mereka yang tidak dimanfaatkan, mulai dari tanaman sayuran sampai buah-buahan.



Setiap warga juga menanam bawang daun dengan media polibag yang ditempatkan dibagian halaman depan rumah atau memanfaatkan pagar. Tujuannya selain memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri juga sebagai "tabungan" saat tanaman sudah bisa panen dan dijual. Setiap rumah setidaknya memiliki paling sedikit 30 polibag tanaman bawang daun. Kohapa mantan Kepala Desa Pelakat saat diwawancarai via telepon seluler oleh awak media desaglobal.id mengatakan bahwa kegiatan produktif yang dilakukan secara kontinyu oleh masyarakat desa Pelakat tersebut berkat kegigihan pihak pemerintah desa bersama tokoh masyarakat setempat dalam mengajak dan memberikan arahan kepada warga desa. "Waktu saya menjabat sebagai kepala desa, saya sering sharing dengan teman se-profesi yang tinggal di daerah lain, seperti pulau Jawa, dari sharing tersebut saya terinspirasi untuk mengembangkan satu program pemberdayaan masyarakat yang potensial dan sesuai kearifan lokal seperti yang terjadi di salah satu desa di daerah Lembang Jawa Barat" ungkap Kohapa.

Di tempat terpisah, masih melalui pesawat telepon seluler kami menghubungi salah satu rekan yang tinggal di daerah Muara Enim dan kerap berkunjung ke desa Pelakat yakni Miftahul Akhyar, saat ini beliau aktif menjadi dosen di beberapa universitas swasta di kabupaten Muara Enim dan juga sebagai pengurus BAZNAS Muara Enim. Akhyar mengatakan bahwa apa yang terjadi di desa Pelakat kecamatan Semende Darat Ulu sangat memungkinkan diaplikasikan juga di desa-desa lain di seluruh Indonesia untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. "Kami berharap kepada seluruh pemangku kebijakan dan juga seluruh stakeholder yang ada untuk mendukung program pemberdayaan masyarakat yang sudah terwujud di desa Pelakat agar diaplikasikan di setiap desa lainnya" jelas Akhyar.

(Abar)